Penyesuaian
Diri dan Pertumbuhan
A.
Penyesuaian
Diri
Konsep
Penyesuaian Diri
Makna
akhir dari hasil pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal
yang telah dipelajari dapat membantunya dalam penyesuaian diri dengan
kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada tuntutan masyarakat. Seseorang tidak
dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri atau tidak mampu
menyesuaikan diri, kondisi fisik, mental, dan emosional dipengaruhi dan
diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan dimana kemungkinan akan berkembang
proses penyesuaian yang baik atau yang salah. Penyesuaian yang sempurna dapat
terjadi jika manusia/individu selalu dalam keadaan seimbang antara dirinya
dengan lingkungannya, tidak ada lagi kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan semua
fungsi-fungsi organisme/individu berjalan normal. Namun, penyesuaian diri lebih
bersifat suatu proses sepanjang hayat, dan manusia terus menerus menemukan dan
mengatasi tekanan dan tantangan hidup guna mencapai pribadi sehat. Penyesuaian
diri adalah suatu proses. Kepribadian yang sehat ialah memiliki kemampuan untuk
mengadakan penyesuaian diri secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun
terhadap lingkungannya.
B.
Pertumbuhan
Personal
Pertumbuhan diri itu adalah sebuah
proses transformasi hidup. Perubahan atau transformasi ini terjadi
melalui pembaharuan akal budi dan pikiran manusia. Tujuannya agar
manusia memiliki kapabilitas untuk membedakan hal yang benar dan
tidak benar, baik dan tidak baik. Transformasi akal budi dan pikiran
tersebut dimaksud untuk mendorong perubahan kualitas hidup manusia.
1. Penekanan
pertumbuhan, penyesuaian diri, dan pertumbuhan
Pertumbuhan adalah
perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi
fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada waktu yang
normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari
konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter dalam
bentuk proses aktif secara berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan
perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.
Secara umum konsep
perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957) bahwa perkembangan berjalan dengan
prinsip orthogenetis, perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang
berdiferensiasi sampai keadaan di mana diferensiasi, artikulasi, dan integrasi
meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi diartikan sebagai prinsip
totalitas pada diri anak. Dari penghayatan totalitas itu lambat laun bagian-bagiannya
akan menjadi semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan.
2. Variasi
dalam pertumbuhan
Tidak selamanya
individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada
rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian
diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin
diluar dirinya.
3. Kondisi-kondisi
untuk bertumbuh
Kondisi jasmaniah
seperti pembawa dan straukrur atau konstitusi fisik dan temperamen sebagai
disposisi yang diwariskan, aspek perkembangannya secara intrinsik berkaitan
erat dengan susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat
kolerasi yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe tempramen
(Surya, 1977). Misalnya orang yang tergolong ekstomorf yaitu yang ototnya
lemah, tubuhnya rapuh, ditandai dengan sifat-sifat menahan diri, segan dalam
aktivitas sosial, dan pemilu. Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi
primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar,
dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri.
Beberapa penelitian
menunjukan bahwa gangguan dalam sisitem saraf, kelenjar, dan otot dapat
menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku, dan kepribadian.
Dengan demikian, kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syaraf bagi
tercapainya proses penyesuaian diri yang baik. Di samping itu, kesehatan dan
penyakit jasmaniah juga berhubungan dengan penyesuaian diri, kualitas
penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi
kesehatan jasmaniah yang baik pula. Ini berarti bahwa gangguan penyakit
jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses penyesuaian
dirinya.
4. Fenomenologi
pertumbuhan
Fenomenologi memandang
manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang dipersepsi dan diinterpretasi secara
subyektif. Setiap, orang mengalami dunia dengan caranya sendiri. “Alam
pengalaman setia orang berbeda dari alam pengalaman orang lain.” (Brouwer,
1983:14 Fenomenologi banyak mempengaruhi tulisan-tulisan Carl Rogers, yang
boleh disebut sebagai-_Bapak Psikologi Humanistik. Carl Rogers
menggarisbesarkan pandangan Humanisme sebagai berikut (kita pinjam dengan
sedikit perubahan dari Coleman dan Hammen, 1974:33).
Referensi:
1. Atwater,
E., 1983, Psychology of Adjustment,
Personal Growth in a Changing Worls, 2nd., Prentice Hall, New
Jersey
Tidak ada komentar:
Posting Komentar