Hello

Hello

Sabtu, 11 Januari 2014

Realitas Cinta

Kau titipkan cinta sehingga aku berharap lebih atas cintamu. Kau titipkan sayang dan tanpa sengaja aku meraihnya untuk merasakan. Dan kau titipkan segala apa yang ada pada dirimu untuk selalu ku jaga, lagi-lagi aku meraihnya. Kau memang membuatku mengerti realitas cinta yang sesungguhnya. Dan kau pulalah yang membuatku tersipu atas pengakuan maknaku dihidupmu. Ini cinta yang kuharapkan. Cinta yang nyata dan bukan sekedar ilusi. Cinta yang bermakna bukan tipuan.

Ini cerita cinta tentang aku dan lelakiku. Bukan.. bukan lelakiku.. tapi teman lelakiku.
“Kita nonton yuk Nay!”. Ajak Randy disela jam pelajaran filsafat.
“Hah? Nggak salah lo? Yaudah nanti kita bahas lagi deh, gue takut Pak Anto marah kalau ada yang ngobrol”. Jawabku setengah berbisik.
Ya pelajaran filsafat ini sangat mengerikan. Bukan sangat mengerikan tapi menyeramkan. Eh bukan pelajarannya juga, lebih tepatnya dosennya yang menyeramkan hehehe.. beberapa minggu yang lalu aku pernah disuruh pindah tempat duduk akibat mengobrol dengan teman yang ada di sebelahku. Kali ini filsafat tidak ada kaitannya dengan teman lelakiku. Jadi, lupakan.

“Nay, jadinya gimana nih?”. Tanya Randy lagi setelah jam pelajaran selesai.
“Ngapain lo ngajak gue nonton? Gebetan lo gak marah kalau lo nonton sama gue?”. Jawab Naya jutek.
“Gebetan yang mana? Gue lagi nggak lagi ngegebet siapa-siapa kok”.
Aku hanya mengangguk, “ Oke deh”.

Malam ini Randy berjanji akan menjemputku dirumah. Tepatnya ingin meminta izin kepada orangtuaku. Aku mengiyakan begitu saja karena aku rasa Randy orang yang baik.

Tepat pukul 7 malam, Randy tiba di depan rumahku dengan kemeja kotak-kotak berwarna merah dipadukan dengan jeans warna hitam serta sepatu converse kesukaannya.

“Nay.. yuk jalan!”. Ajak Randy tak sabar.
Randy telah meminta izin dan aku pun mengiyakan. Kemudian duduk manis dimotornya, motor vario miliknya ini sangat nyaman. Joknya lumayan empuk dibandingkan dengan motor temanku. Motornya juga terlihat bersih, karena Randy suka dengan motor maka dia merawat motornya dengan telaten.

“Nay, mau nonton apa? Kita nonton film action aja yuk!”. Tawar Randy semangat. Lagi-lagi aku hanya mengangguk dan mengiyakan ajakan Randy.

Saat film berlangsung Randy tidak pernah diam duduk ditempatnya, Randy bolak-balik kekamar mandi dan mengajakku mengobrol. Entah mengapa sikap Randy yang seperti ini membuatku tertarik kepadanya, ingin lebih mengenalnya.
Randy tiba-tiba menyenderkan kepalanya tepat dibahuku, tangannya menggenggam tanganku meletakkan tanganku di atas kepalanya untuk mengelus lembut rambutnya. Aku tak bisa mengelak sama sekali. Tepatnya aku menikmati situasi ini, situasi yang membuatku nyaman.
Setelah film selesai Randy mengantarku tepat di depan rumahku dan berpamitan dengan orangtuaku.

Keesokan harinya Randy bersikap sangat ramah, ramah sekali.
“Nay, makasih yang buat semalam, sekarang gue antar pulang ya? Mau gak?”.
Ajakan Randy membuatku bingung, biasanya aku pulang dengan temanku tapi kali ini aku tidak bisa mengiyakan permintaannya.
“Maaf Randy, gue pulang bareng Rara aja deh”. Jawabku ramah.
“Kali ini ditolak, mungkin lain kali tidak”.
“Nggak ditolak, cuma saja kali ini kamu kurang beruntung”. Singkatku sambil berlalu dari hadapan Randy.

Randy sering mengajakku untuk makan bersama dan beberapa hari lalu Randy mengajakku mengerjakan tugas bersama disalah satu kost-an temanku yang bernama Radho.
Saat mengerjakan tugas kami bertiga bercanda bersama dan Randy ternyata ahli sekali bermain sulap. Randy ahli bermain sulap karena dia pernah mengikuti kontes sulap disekolahnya dulu dan akhirnya Randy mempraktikkan salah satu keahliannya. Randy membutuhkan relawan untuk mendukung sulapnya kali ini dan Radho yang bersedia. Sulapnya yang keren membuat kami takjub dan bertanya-tanya. Kok bisa ya seperti itu? Kok bisa jadi seperti ini? Karena aku memperhatikannya jadi aku sedikit tahu bagaimana Randy melakukan sulap tersebut dan aku berusaha menjelaskannya kepada Radho, tetapi Radho masih merasa bingung. Akhirnya Randy  memberitahu trik-trik menyelesaikan sulap tersebut. Terbayar sudah rasa penasaranku dan Radho. Hari pun sudah menjelang sore dan tugas kami pun sudah selesai. Randy pun mengantarku pulang kerumah lagi.

Hari-hari pun berlalu, Randy sedang merasa bosan dirumahnya dan Randy mengajakku nonton film lagi. Sama halnya seperti pertama kali Randy mengajakku nonton. Randy menjemputku dirumah, kami berangkat menuju sebuah mal. Kali ini kami menonton film sejarah perjuangan Indonesia. Ketika film berlangsung, Randy bersikap sama, tak bisa diam, mengajakku mengobrol. Kali ini dia merasa gemas akan tingkahku yang lucu, karena pipiku cubby Randy pun mencubit pipiku sampai pipiku berwarna merah. Setelah film selesai kami langsung pulang karena hari sudah larut malam.

Tak terasa sudah dua bulan kami dekat, Randy pun menanyakan padaku bagaimana status hubungan kita. Aku hanya terdiam, bingung harus menjawab apa. Randy merasa kalau hubunganku dengannya tak jelas atau bisa dibilang gantung. Aku masih bingung, ragu akan hubungan kita. Sebenarnya aku juga menyukai Randy, tapi…

Inilah cinta yang tak pernah ku harapkan. Apa salahku? Apa salahnya jika kau tetap berada di sini? Disisiku. Tidak ada yang salah dengan cinta kita, Randy. Kumohon jika kau ingin pergi dan bersama dengannya mintalah aku untuk melepaskanmu secara bijak.  Aku tak akan berkoar-koar seperti ini meminta jawaban jika kau mau berkata baik-baik.  Apa yang kurang dariku? Selama ini kamu minta cinta, aku berikan seutuhnya untukmu. Kau minta kasih sayang, aku berikan untukmu seutuhnya.
Randy tolonglah lihat aku di sini, lihatlah berapa banyak pengorbananku untukmu. Lihatlah Randy jika kau memang lelaki yang tak suka bermain dengan cinta.
Inilah akhir cerita yang selalu didambakan dirimu? Cinta yang tak punya kepastian apapun. Cinta yang setiap harinya akan mengiris luka disetiap perjalanan dan cinta yang tak akan pernah dinikmati siapapun.