Tema yang
diberikan untuk tugas Ilmu Budaya Dasar adalah "Inovasi Manusia".
Kali ini saya akan membahas tentang salah satu inovasi manusia yaitu busana.
Busana dari jaman ke jaman selalu berkembang. Busana merupakan segala sesuatu
yang dipakai manusia mulai dari ujung kepala samapi ujung kaki. Busana yang
kita kenakan sekarang merupakan perkembangan dari busana dasar.
Sejarah Busana
Busana berasal
dari bahasa sansekerta "bhusana" yang berati pakaian. Busana merupakan
segala sesuatu yang dipakai manusia mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Pada zaman pra sejarah, manusia belum mengenal busana seperti sekarang. Manusia
memakai kulit binatang, tumbuh-tumbuhan untuk menutupi tubuh mereka. Manusia
purba yang hidup di daerah dingin menutupi tubuhnya dengan kulit binatang,
misalnya kulit domba yang berbulu tebal. Sedangkan manusia purba yang hidup di
daerah panas, melindungi tubuh mereka dengan memanfaatkan kulit pepohonan yang
direndam terlebih dahulu lalu dipukul-pukul dan dikeringkan. Selain itu mereka
juga menggunakan dedaunan dan rumput. Sebelum mengenal tenunan, manusia pada
zaman dahulu mengenakan pakaian hanya pada bagian-bagian tertentu saja, seperti
pada bagian dada atau pada lingkar pinggang atau panggul. Bahan yang digunakan
didapat dari lingkungan sekitar, baik berupa kulit binatang, kulit batang
bahkan daun. Fungsinya juga hanya sebagai penutup bagian tertentu pada tubuh.
Manusia purba sudah mengenal penggunaan aksesoris, mereka
menggunakan kerang, biji-bijian, dan taring binatang yang disusun sedemikian
rupa menjadi asesoris seperti kalung, gelang, dll. Pemakaian asesoris pada
jaman purba lebih ditekankan kepada fungsi kepercayaan atau mistis. Menurut
kepercayaan mereka, dengan memakai benda-benda tersebut dapat menunjukkan
kekuatan atau keberanian dalam melindungi diri dari roh-roh jahat dan agar
selalu dihormati. Cara lain yang dilakukan yaitu dengan membubuhkan lukisan di
tubuh mereka yang dikenal dengan "tattoo". Walaupun sudah mengenal
bentuk tapi bentuknya sederhana dengan wujud geometris yaitu segi empat atau
segi empat panjang. Cara pakai ada yang dililitkan, ada pula yang dilubangi
untuk memasukkan kepala. Perkembangan bentuk busana mengalami kemajuan yang
cukup pesat. Dari penggunaan kulit kayu, kulit binatang, dll manusia akhirnya
menemukan teknologi pembuatan kain, yang pada awalnya masih sangat sederhana
yaitu dengan menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM).
Dalam
perkembanganya, bentuk maupun cara penggunaannya digolongkan menjadi bentuk
dasar busana, yaitu celemek panggul, ponco, tunika, kaftan, kutang, pakaian
bungkus.
·
Celemek Panggul
Celemek
panggul adalah bentuk pakaian yang paling sederhana dibuat dari sehelai kain
panjang yang dililitkan satu atau beberapa kali pada tubuh bagian bawah dari
pinggang sampai lutut atau sampai menutup mata kaki. Busana atau pakaian ini
sering disebut dengan pakaian bungkus. Dalam perkembangannya pakaian ini
dikenal dengan nama kain panjang atau sarung.
·
Oponco
Ponco adalah
bentuk dasar busana yang dibuat dari kain segiempat dan diberi lubang ditengah
untuk memasukkan kepala. Sisi baju tidak dijahit.
·
Tunika
Pengembangan
bentuk dasar ponco adalah tunika. Dibuat dari kain segiempat, berukuran dua
kali panjang antara bahu sampai mata kaki atau sampai batas panggul. Kain
dilipat dua menurut panjangnya, dengan lipatan disebelah atas. Pada pertengahan
dibuat lubang leher dengan belahan pendek pada bagian tengah muka. Sisi-sisinya
dijahit dari bawah hingga + 25cm sebelum lipatan. Bagian yang tidk dijahit dipakai
untuk memasukkan lengan. Di Indonesia peninggalan bentuk ini disebut baju bodo
dan baju kurung.
·
Kaftan
Kaftan
merupakan perkembangan bentuk dasar tunika. karena dibuat dari kain yang
berbentuk segi empat.Bagian tengah muka dibuat belahan sampai bawah, hingga
cara mengenakannya tidak perlu melalui kepala. Bentuk dasar busana ini di Indonesia
dikenal dengan nama baju kebaya.
·
Busana
Bungkus
Bentuk pakaian
bungkus merupakan pakaian yang berbentuk segi empat panjang yang dipakai dengan
cara dililitkan atau dibungkus ke badan mulai dari dada, atau dari pinggang
sampai panjang yang diinginkan seperti celemek panggul. Pakaian bungkus ini
tidak dijahit, walaupun pada saat pakaian bungkus ini muncul jarum jahit sudah
ada. Pemakaian pakaian bungkus ini dengan cara dililitkan ke tubuh seperti yang
ada di India yang dinamakan
sari, toga dan palla di Roma, chiton dan peplos di zaman Yunani kuno, kain
panjang dan selendang di Indonesia.
Pada
perkembangannya, pakaian bungkus berbeda-beda dalam cara pemakaiannya untuk
tiap daerah, sehingga muncul pakaian bungkus yang namanya berbeda-beda di
antaranya:
1.
Himation, yaitu bentuk busana bungkus yang biasa di
pakai oleh ahli filosof atau orang terkemuka di Yunani Kuno. Himation ini
panjangnya 12 atau 15 kaki yang terbuat dari bahan wol atau lenan putih yang
seluruh bidangnya di sulam. Busana ini dapat dipakai di atas chiton atau dengan
mantel. Bentuk busana yang hampir menyerupai himation ini yaitu pallium yang
biasa dipakai di atas toga oleh kaum pria di Roma pada abad kedua.
2.
Chlamys, yaitu busana yang menyerupai himation, yang
berbentuk longgar. Biasanya dipakai oleh kaum pria Yunani Kuno.
3.
Mantel/shawl, yaitu busana yang berbentuk segi empat
panjang yang dalam pemakaiannya disampirkan pada satu bahu atau kedua bahu.
Pada bagian dada diberi peniti sehingga muncul lipit-lipit dan pada kedua
ujungnya diberi jumbai-jumbai.
4.
Toga, merupakan bentuk pakaian resmi yang dipakai
sebagai tanda kehormatan di zaman republik dan kerajaan di Roma. Ada beberapa jenis toga di antaranya yaitu, toga palla
yaitu toga yang dipakai saat berkabung dan toga trabea yang dibuat menyerupai cape bayi.
5.
Palla, yaitu busana wanita Roma di zaman republik dan
kerajaan, dipakai di atas tunika atau stola. Pemakaiannya hampir sama dengan
shawl yang disemat dengan peniti. Warna palla pada umumnya warna biru, hijau
dan warna keemasan.
6.
Paludamentum, sagum dan abolla, yaitu sejenis pakaian
jas militer di zaman prasejarah.
7.
Chiton, yaitu busana pria Yunani Kuno yang mirip dengan
tunik di Asia. Bahan chiton biasanya terbuat
dari bahan wol, lenan dan rami yang diberi sulaman dengan benang berwarna dan
benang emas sebagai pengaruh tenunan Persia.
8.
Peplos dan haenos, yaitu busana wanita Yunani Kuno yang
bentuk dasarnya sama dengan chiton, ada yang dibuat panjang dan ada yang
pendek. Pada bagian bahu ada lipit-lipit yang ditahan dengan peniti dan ada
kalanya pada pinggang juga dibuat lipit-lipit sehingga terlihat seperti blus.
Peplos dari Athena memakai ikat pinggang yang diikat di atas lipit-lipit di
pinggang.
9.
Cape atau cope, yaitu busana paling luar pada pakaian pria
di Byzantium
yang berbentuk mantel yang diikat pada bahu atau leher dan diberi hiasan bros.
·
Kutang
Kutang berarti
tidak memiliki belahan. Kutang adalah perkembangan dari busana bungkus yang
sisinya disatukan. Contoh busana ini adalah kaos yang sering kita gunakan.
Setiap busana bagian atas yang tidak memiliki belahan, bentuk dasarnya adalah
kutang.
·
Celana
Celana muncul
untuk melengkapi Kaftan. Celana berfungsi menututupi bagian tubuh bagian bawah.
Awalnya celana terdiri dari kain berbentuk sarung atau rok yang kemudian
dibentuk menjadi celana dengan cara menarik bagian tengahnya, hingga
terciptalah berbagai model celana hingga sekarang. Dari 4 bentuk busana di
atas, banyak model yang berkembang hingga saat ini.
Tujuan Berbusana
Tujuan berbusana pada jaman
dahulu hanya sekedar menutup aurat atau rasa malu saja. Namun seiring
berkembangnya jaman pada masa kini tujuan berbusana adalah untuk:
1. Memenuhi syarat adat istiadat,
peradaban dan kesusilaan
2. Memenuhi syarat kesehatan
3. Memenuhi rasa keindahan
4. Menunjukan jenis profesi
5. Menutupi kekurangan dari
bagian tubuh.
Kesimpulan
Dari bentuk maupun cara
penggunaannya, busana awal digolongkan menjadi bentuk dasar busana, yaitu
celemek panggul, ponco, tunika, kaftan, kutang, pakaian bungkus.
Daftar Pustaka